Info sekolah
Rabu, 01 Mei 2024
  • SD Marsudirini St. Yoseph "Semangat dan Sukses!"
6 September 2021

KASIH dalam TINDAKAN

Senin, 6 September 2021 Kategori : Blog

Anak-anak SD Marsudirini St. Yoseph Muntilan terkasih, kalau kita berbicara tentang ketulusan dan kasih, kita akan teringat sebuah organisasi yang bergerak di bidang Kemanusiaan, yaitu Organisasi Palang Merah. Seluruh Dunia memperingati Hari Palang Merah Internasional setiap tanggal 8 Mei dan pada tanggal 17 September Indonesia memperingati Hari Palang Merah Indonesia(PMI). Lebih lanjut, mari kita mengenal sejarah PMI.

Pendiri Palang Merah, Henry Dunant lahir di Jenewa, Swiss. Henry Dunant terlahir dari keluarga yang memiliki jiwa sosial tinggi. Ayahnya aktif melayani anak-anak yatim dan napi yang bebas bersyarat, sedangkan ibunya aktif melayani orang sakit dan miskin. Hati Henry Dunant tergugah ingin ikut melayani. Pada usia 18 tahun dia bergabung dalam perhimpunan amal. Dia juga mendirikan organisasi kemanusiaan yang berfokus dalam pewartaan injil dan melayani orang sakit.

Pada usia 26 tahun, Henry Dunant pernah bekerja magang. Dia mendapat tugas melayani koloni di daerah Setif, Aljazair. Merasa minim pengetahuan, Dunant melakukan pelayanan dan merampungkan dalam buku “Kisah tentang Daerah di Tunisia”. Ia kemudian mendedikasikan diri membangun usaha jagung di Aljazair. Karena kondisi negara kurang mendukung, Ia meminta bantuan Kaisar Perancis Napoleon III. Pada saat akan bertemu Napoleon III di Solferino, Italia, 24 Juni 1859 dia melihat pertumpahan darah. Pasukan Perancis dan Italia sedang bertempur melawan pasukan Austria dalam suatu peperangan yang mengerikan. Banyak korban yang sakit, terluka, hilang bahkan meninggal. Dia tergerak hatinya dan mengubah cara pandangnya. Dia melupakan rencana bertemu Napoleon III dan membuat buku A Memory of Solferino, 1862. Adapun gagasan Dunant adalah membentuk organisasi kemanusiaan internasional yang dapat dipersiapkan pendiriannya pada masa damai untuk menolong para prajurit yang cedera di medan perang dan mengadakan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang cedera di medan perang serta perlindungan sukarelawan dan organisasi tersebut pada waktu memberikan pertolongan saat perang.

Peluncuran buku ini mendapat tanggapan positif Presiden Perhimpunan Jenewa, Gustave Moynier. Beliau mengajak Henry Fufour, Louise Appia dan Theodore Maunior mendirikan organisasi kemanusiaan berdasarkan buku yang ditulis oleh Dunant. Organisasi tersebut ialah (International Committee of the Red Cross) ICRC, yaitu organisasi yang netral dan mandiri bertujuan untuk menjamin perlindungan dan bantuan kemanusiaan bagi korban konflik bersenjata dan situasi kekerasan lain.  Untuk menghargai negara Henry Dunant, Swiss, penamaan Palang Merah dengan pembalikan warna bendera negaranya. 

Dalam organisasi ICRC Dunant menjadi sekretaris. Organisasi disahkan 12 negara tanggal 22 Agustus 1864  dan menghasilkan keputusan Konvensi Jenewa. Meski menjadi orang yang berperan dalam pendirian Palang Merah Internasional, Dunant tidak dilibatkan dalam organisasi bahkan terjadi perbedaan paham dengan Gustave Moynier. Dunant ingin organisasi kemanusiaannya membantu tanpa melihat latar belakang, sedang Gustave tidak setuju. Karena hal ini, Gustave menggagalkan Dunant mencalonkan diri sebagai ketua. Kehidupan Dunant menjadi hancur dan bisnisnya bangkrut. Hal ini dijadikan Gustav untuk menyingkirkan Dunant dari ICRC. Gustave melakukan segala cara untuk mempersulit hidup Dunant. Saat pekan raya dunia Paris, Dunant mendapatkan tawaran Napoleon III untuk melunasi hutangnya digagalkan oleh Gustave. 

Meskipun hidupnya penuh dengan keprihatinan, Dunant tetap mengalakkan program kemanusiaan dan bahkan mengupayakan pembentukan perpustakaan dunia yang kini dikenal sebagai UNESCO.Meski aktif dalam hal kemanusiaan, Dunant nyaris dilupakan dalam sejarah pembentukan Palang Merah. Dia terjerat hutang, miskin dan teman pun menjauhinya. Hidupnya terlunta-lunta. Untunglah kerabatnya ada yang memberinya uang bulanan sehingga dia dapat hidup tenang.

Suatu hari dia didatangi seorang guru, Willhelm Sonderegger dan Susana Istrinya yang tertarikkisah hidupnya. Awalnya mereka bersahabat namun menjadi renggang karena Dunant berspekulasi. Berkat Sonderegger, seorang bernama George Baumberger tertarik kisahnya dan menulis artikel tentang Dunant. Dari artikel ini Dunant mendapat bantuan banyak pihak. Puncaknya ia mendapatkan bantuan seorang Dokter Militer Norwegia yang bernama Hans Daae yang mengirimkan karya Robert Muller mengenai Henry Dunant ke Panitia Nobel, dan mendapat penghargaan Nobel. Sayang sekali, uang hadiah sebesar 104.000 franc Swiss penghargaan Nobel justru disimpan oleh Hans Daae di sebuah bank di Norwegia dan mencegah kreditor Dunant menagihnya. 

Henry Dunant akhirnya menjadi paranoid. Dia takut kepada Gustave dan kreditor yang mengejar-ngejarnya. Dia menyuruh juru masak panti jompo mencicipi makanannya untuk memastikan Dia tidak diracun. Akhirnya tanggal 30 Oktober 1910 Dunant meninggal dunia dan dimakamkan di Swiss tanpa penghormatan. Dia menggunakan bantuan yang didapatnya untuk membayar sebagian hutangnya dan untuk kemanusiaan. Untuk menghormati Dunant, tanggal kelahirannya, 8 Mei dijadikan sebagai Hari Palang Merah Internasional dan panti jompo yang menampungnya dijadikan museum. Salah satu ucapan Henry Dunant yang terkenal, yakni: “Kita semua saudara, dan semua penderitaan wajib mendapat perawatan yang sama, dengan tanpa membedakan kawan ataupun lawan“.

Adapun perjalanan Palang Merah di Indonesia dimulai sejak dijajah Belanda. Pada tanggal 12 Oktober 1873 Pemerintah Kolonial Belanda mendirikan Organisasi Palang Merah di Indonesia bernama Het Nederland Indiche Rode Kruis (NIRK) yang berubah nama menjadi Nederlands Rode Kruiz Afdelinbg Indie (NERKAI). Dengan dipelopori dr. Rumondor Cornelis Lefrand Senduk seorang dokter kelahiran Minahasa  yang juga tokoh penting dalam Sumpah Pemuda dan dr. Bahder Djohan, yang dikenal sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pada Kabinet Natsir dan Kabinet Wilopo, pada tahun 1932 pemuda tanah air bersemangat mendirikan Palang Merah namun ditolak, dan mengajukan kembali saat penjajahan Jepang namun juga ditolak. 

Semangat mendirikan Palang Merah kembali muncul setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tanggal 3 September 1945 Presiden Soekarno memerintahkan Menteri Kesehatan, Dr. Buntaran Martoatmodjo membentuk badan Palang Merah Nasional guna menguatkan posisi Indonesia sebagai negara yang telah merdeka dan berdaulat. Maka tanggal 5 September 1945 dibentuklah kepanitiaan yang dinamakan Panitia Lima dengan anggota dr. R. Mochtar, dr. Bahder Johan, dr. Joehana, Dr. Marjuki dan dr. Sitanala. Mereka bertugas mempersiapkan pembentukan Organisasi Palang Merah Indonesia(PMI). Akhirnya tanggal 17 September 1945 PMI terbentuk dengan ketua Bpk Mohammad Hatta yang waktu itu juga sebagai Wakil Presiden RI. Maka 17 September menjadi hari PMI. 

PMI memiliki beberapa devisi, diantaranya Devisi kesehatan, relawan, penanggulangan bencana, dan lain-lain. Ada banyak hal yang dilakukan oleh PMI, yaitu: evakuasi korban, penampungan darurat (pengungsian), pertolongan pertama, medis dan ambulans, dapur umum, distribusi bantuan, air dan sanitasi. Walaupun bukan organisasi resmi PBB, PMI telah banyak memberi bantuan ke seluruh dunia. Melihat kiprah Organisasi Ini Pemerintah mengeluarkan Keppres No 25, 16 Januari 1950 yang dikuatkan Kepres no 246, 29 November 1963 Pemerintah Ri resmi mengakui keberadaan PMI. Sesuai amanat konvensi Jenewa 1949, tugas utama PMI adalah memberikan bantuan pertama pada korban bencana alam dan korban perang. 

Sejak  awal berdirinya, keberadaan PMI telah diakui secara internasional yaitu sejak Komite Palang Merah Internasional (ICRC)pada 15 Juni 1950, dan di tahun yang sama PMI menjadi anggota Perhimpunan Nasional ke-68 oleh Liga Perhimpunan Palang Merah dan Liga Bulan Sabit Merah. Tanggal 16 Januari 1950, NERKAI dibubarkan dan asetnya diberikan PMI. Saat ini PMI terus melakukan tugasnya memberi bantuan bagi orang-orang yang membutuhkan. Berdasarkan data per Februari 2019, Perwakilan PMI memiliki hampir 1,5 juta relawan, ada di 33 Propinsi, 474 Kabupaten dan 3.406 Kecamatan. 

Palang Merah Indonesia bersama Tim Gugus penanganan Covid-19 dan telkom bekerjasama dengan meminta para penyintas Covid 19 mendonorkan plasma darah konvalesennya guna menyembuhkan sesama. Sejak Januari 2021 para pendonor dapat menghubungi call center di nomor 117 ekstaensi 5 untuk melakukan donor. Mendonorkan plasma konvalesen merupakan bentuk rasa syukur karena Tuhan telah menyembuhkan mereka dari Covid dan kini mereka membantu penderita lain agar cepat pulih. Ketua umum Palang Merah yaitu Bapak Jusuf Kalla menyatakan siap melayani para pendonor di berbagai daerah. PMI menyiapkan 31 unit donor darah dan telah memiliki peralatan untuk mengelola plasma yang tersebar di seluruh indonesia dan  dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia.

Sangat seru ya, perjuangan Bapak Henry Dunant dan pendahulu kita. Mari meneladan ketulusan hati dan cintanya kepada sesama. Apapun rintangannya, tetap melakukan yang terbaik dan tidak putus asa. Ingatlah! Dimanapun berada, berlian tetaplah bersinar. Mari belajar di SD Marsudirini St. Yoseph Muntilan, tidak hanya cerdas akademis, namun berkarakter. Berkah Dalem.

Tulisan Lainnya

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Alamat

SD MARSUDIRINI ST YOSEPH MUNTILAN

Jalan Kartini no 14-16 Muntilan, Magelang 56411

Tlp : (0293) 585229

Email : sdstyosephmtl@gmail.com

Pengumuman

Diterbitkan :
Misa Perayaan Pelindung SD Marsudirini St. Yoseph
Mari ikut memeriahkan perayaan misa pelindung SD Marsudirini St. YosephSabtu, 19 Maret 2022
Diterbitkan :
Lomba Literasi Bulan Bahasa dan Sastra
Diterbitkan :
Seleksi Kompetensi Sains Nasional Jenjang Sekolah Dasar