Info sekolah
Sabtu, 04 Mei 2024
  • SD Marsudirini St. Yoseph "Semangat dan Sukses!"
7 Februari 2023

Tahun Baru Imlek dan Serba-Serbinya

Selasa, 7 Februari 2023 Kategori : Blog

Seruan “Gong Xi Gong Xi”, sering kita dengar saat saudara Chinese kita merayakan tahun baru Imlek. Arti ucapan itu kurang lebih “selamat mendapatkan lebih banyak kesejahteraan dan kemakmuran”. Biasanya di Klenteng, mall, kantor, rumah-rumah keluarga Chinese bahkan sekolah, bermunculan asesoris Imlek yang semarak. Asal usul tahun baru Imlek belum diketahui secara pasti. Tahun baru Imlek atau Festival Musim Semi di China merupakan tradisi terpenting bagi warga etnis Tionghoa di seluruh dunia turun temurun. Tahun baru Imlek bertepatan dengan musim hujan. Mereka bergembira ketika perayaan Imlek terjadi hujan karena melambangkan sumber rejeki. Beberapa orang percaya Sekitar 3.500 tahun yang lalu dari Dinasti Shang(1600-1046 SM) dan Dinasti Zhou tahun (1046-256 SM),  ada tradisi untuk mempersembahkan kurban bagi leluhur atau dewa dan menyembah alam untuk memberkati hasil panen pada pergantian tahun.

Dari Dinasti Zhou juga dikenal cerita Nian yaitu hewan mitos dalam Perayaan Imlek. Mengutip dari seorang pengajar Bahasa China di Confucius Institute for Scotland, University of Edinburgh, Nian adalah makhluk buas mirip singa bertanduk runcing yang dikisahkan hidup pada zaman peradaban China kuno. Hewan Nian hidup di dasar laut. Dia akan muncul di pesisir untuk memangsa hewan ternak dan manusia pada hari terakhir setiap tahun penanggalan China. Agar tidak dimakan Nian orang akan makan lebih dini dan mengunci kandang ternak rapat-rapat mereka mengungsi ke pegunungan yang jauh.

Pada suatu hari, datanglah seorang kakek berambut abu-abu ke perkampungan itu. Ia berjanji akan menghalau Nian yang menghantui perkampungan tersebut di akhir tahun. Para penduduk yang sudah ketakutan tetap pergi untuk mengungsi sebelum malam menjelang. Malam hari di akhir tahun, seperti yang diperkirakan Nian datang ke perkampungan itu. Sebelum sempat melakukan apapun kedatangan Nian disambut bunyi petasan dan terang dari api yang kobar. Nian menjadi takut dan tidak berani maju lagi. Kakek berambut abu-abu dengan berpakaian warna merah mendekati Nian. Nian semakin takut sehingga dia lari kencang ketakutan.

Saat penduduk pulang dari mengungsi, mereka takjub melihat kampung mereka tidak dirusak oleh Nian. Kakek berambut abu-abu berpesan, “ada tiga senjata untuk mengusir Nian, yaitu barang berwarna merah, cahaya terang dan petasan”. Para penduduk tersadar, ternyata kakek berambut abu-abu adalah malaikat yanjg datang menolong mereka. Keesokan harinya, warga yang mengungsi kembali ke kampung. Mereka takjub melihat rumah dan kandang tidak diacak-acak Nian. Mereka lalu tersadar bahwa kakek-kakek tersebut adalah malaikat yang datang untuk membantu.

Dari peristiwa itulah muncul tradisi orang China memasang benda-benda atau ornamen berwarna merah yang beragam di sekitar rumah mereka. Lentera merah dan petasan mereka nyalakan semakin menambah meriahnya suasana. Dari Dinasti Han (202 SM – 220 M). Dalam perayaan tertentu ada tradisi membakar bambu untuk membuat suara retakan yang keras, sedangkan dari Dinasti Wei dan Jin (220-420 M), selain menyembah dewa dan leluhur, orang memiliki kebiasaan berkumpul bersama keluarga untuk membersihkan rumah mereka sebelum  perayaan Imlek. Menyapu rumah saat perayaan Imlek menurut mitosnya kita menyapu seluruh rezeki kita. Jadi beberes rumah mereka lakukan sebelum Imlek., mereka juga makan malam bersama, mengunjungi sanak saudara dan teman, serta makan pangsit menjadi bagian penting dari perayaan tersebut. Angpau atau Hongbao sebagai ungkapan kasih sayang mereka sediakan. Angpau adalah  hadiah uang yang dimasukkan ke dalam amplop berwarna merah yang dihiasi kaligrafi atau simbol Cina yang indah. Mereka yang sudah menghasilkan uang dapat memberikan angpau. Kue keranjang yang manis yang terbuat dari beras ketan dan gula merah biasanya juga tersedia. Kue ini dibuat oleh orang yang suci(tidak sedang datang bulan). Orang berduka tidak boleh membuat kue keranjang. Kue keranjang atau dalam Bahasa Mandarin disebut nian gao atau kue tahun baru hanya boleh disantap setelah malam ke 15 imlek yang dikenal dengan istilah Cap Go Meh sebagai persembahan kepada Dewa Tungku yang bertugas mengawasi perilaku keluarga dan melaporkan ke surga.

Perayaan Imlek semakin berkembang, untuk menghibur diri ada kesenian Barongsai. Barongsai adalah tarian yang menggunakan sarung menyerupai singa bertujuan untuk mendatangkan keberuntungan.  Kesenian Barongsai yang berawal dari sejarah Raja Song Wen Di yang kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah Raja Fan Yang dari Negeri Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda hingga sekarang. Ada bermacam-macam warna barongsai. Barongsai warna emas melambangkan Kegembiraan, warna hijau melambangkan pertemanan, merah melambangkan keberanian, dan lain sebagainya. Di samping itu, mereka melakukan Shou Sui, yang dikenal sebagai tradisi tidak tidur saat malam tahun baru Cina untuk memantau kedatangan Nian.

Naaah itulah sekelumit serba-serbi Tahun Baru Imlek yang dapat kalian ketahui agar peserta didik SD Marsudirini St. Yoseph semakin kaya ilmu dan menghargai keberagaman tradisi. Selamat bertoleransi, Berkah Dalem.

Sumber Informasi      : Internet dengan penyesuaian pribadi

Gambar diambil dari  : Internet

Tulisan Lainnya

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Alamat

SD MARSUDIRINI ST YOSEPH MUNTILAN

Jalan Kartini no 14-16 Muntilan, Magelang 56411

Tlp : (0293) 585229

Email : sdstyosephmtl@gmail.com

Pengumuman

Diterbitkan :
Misa Perayaan Pelindung SD Marsudirini St. Yoseph
Mari ikut memeriahkan perayaan misa pelindung SD Marsudirini St. YosephSabtu, 19 Maret 2022
Diterbitkan :
Lomba Literasi Bulan Bahasa dan Sastra
Diterbitkan :
Seleksi Kompetensi Sains Nasional Jenjang Sekolah Dasar