Info sekolah
Senin, 29 Apr 2024
  • SD Marsudirini St. Yoseph "Semangat dan Sukses!"
2 Februari 2024

Ketulusan dan Kesucian Kunci Kesuksesan

Jumat, 2 Februari 2024 Kategori : Berita Sekolah / Blog

Hari Guru sangat identik dengan dunia pendidikan. Namun demikian, di dalam kehidupan ini, kita dapat berguru atau belajar kepada siapapun. Kita dapat belajar dari Pak Tani tentang ketekunan, kesabaran mereka untuk merawat tanaman sehingga menghasilkan buah yang dapat dinikmati oleh semua orang. Dari Tukang sampah kita dapat belajar keikhlasan mereka untuk menjaga bumi sehingga bumi tetap nyaman kita tinggali. Dari orang tua kita, kita dapat belajar keuletan dan rasa sayang mereka kepada anak sehingga anak-anak berhasil. Di sekolah kita berguru berbagai ilmu untuk bekal hidup kita dari orang yang disebut Bapak Ibu Guru.  Masih banyak lagi sumber belajar di sekitar kita.  Merekalah guru kita semuanya.

Setiap tanggal 25 November, kita memperingati Hari Guru sebagai bentuk penghormatan bagi para Guru dalam memberikan pembelajaran kepada peserta didik. Bukan hanya dalam memberikan ilmu, namun guru membantu murid-muridnya menjadi seseorang  yang berkarekter baik,  sehingga akhirnya menjadi pribadi yang berbudi luhur. Perayaan Hari Guru kali ini disatukan dengan Hari Wayang yang jatuh pada tanggal 2 November. SD Marsudirini St. Yoseph menggelar pertunjukan Wayang Climen bersama Ki Ismanto. Ki Ismanto adalah alumni SD Marsudirini dan berprofesi sebagai dalang yang tinggal di Muntilan. Wayang climen merupakan wayang pendek atau sempalan dari cerita wayang. Dengan kegiatan ini diharapkan peserta didik lebih mencintai wayang  sebagai warisan budaya yang adiluhung.

Pada Zaman Digital ini, sangat langka jika ada seseorang yang mencintai dunia pewayangan. Namun ternyata peserta didik SD Marsudirini St. Yoseph ada yang menjadi dalang lho, jadi bukanlah hal aneh ketika Ki Ismanto bertanya tentang beberapa tokoh wayang mereka paham. Ki Ismanto menjelaskan karakter beberapa tokoh wayang secara sederhana.  Ada tokoh Werkudoro, seorang Ksatria Pandhawa yang gagah tinggi besar dan suaranya pun juga besar.  Tokoh Togog dan Mbelung yang merupakan pamomong Kurawa berkarekter suka mengeluh. Tokoh Semar yang bijaksana merupakan pamomong atau pengasuh bagi para Ksatria Pandawa.

Wayang climen kali ini bercerita tentang Bima Suci. Alkisah Bima atau Werkudara  atas perintah Guru Durna diminta mencari Wahyu Perwitasari, Ilmu Kesejatian Hidup. Syarat untuk mendapatkan ilmu harus mencari Kayu Gung Susuhing Angin di Hutan Tikbrasara yang berarti landeping cipta yang terletak di Gunung Reksamuka(mata). Hutan ini sangat angker dan banyak hewan buas. Di sana ia bertemu dengan dua raksasa kembar yaitu : Ditya Rukmuka dan Ditya Rukmakala. Sampai di hutan, Bima langsung mau dimakan oleh raksasa. Bima dianggap sebagai anugerah dewa karena di sana hewan-hewan yang ada sudah habis dimakan oleh ke-dua  raksasa tersebut. Bima melawan dan dapat membunuh ke dua raksasa yang ternyata merupakan perwujudan dari Betara Bayu dan Betara Indra. Ke-dua dewa tersebut melakukan kesalahan kepada Sang Hyang Guru dan dihukum diturunkan drajatnya menjadi buto. Bima yang berhasil membebaskan mereka dari hukuman diberi Aji Blabak Pengantal-antal dan Sepi Angin sebagai wujud kebahagiaan mereka. Sang Hyang Bayu dan Sang Hyang Indra juga memberitahukan bahwa saat ini Bima sedang menjalani pendadaran atau masa perjuangan untuk mencapai cita-cita.  Bima akan dapat mencapai titik penyatuan mata batin jika  membunuh pikiran tentang kehormatan dan kemuliaan.

 Bima kemudian disuruh pulang dan menghadap gurunya. Bima mengatakan kepada Guru Durna apa yang dia alami dan Beliau mengatakan kalau Bima sudah lulus dalam ujian pertama. Selanjutnya, Bima diberitahu bahwa yang dia cari sebenarnya ada di dalam Samodra Minangkalbu(Samodra Pengampunan) dan petunjuknya ada di hatinya. Bima pun kemudian menuju ke utara dan terjun ke dalam samudra. Di sana dia bertemu dengan naga raksasa lambang kejahatan. Pertempuran sengit terjadi dan akhirnya naga bisa dibelah dan dicabik-cabik dengan Kuku Pancanakanya. Lautan menjadi merah dan dia menemukan sebuah titik yang semakin lama semakin besar ternyata berbentuk bocah bajang mirip dirinya yang ternyata Sang Dewa Ruci. Bima masuk ke dalamnya dan melihat seluruh alam semesta. Setelah Werkudara menyampaikan maksud hatinya Dewa Ruci memberikan wejangan. Dewa ruci memberikan wejangan-wejangan tentang Banyu Perwitasari.  Ternyata untuk memperoleh air perwitasari tidak cukup membuang pikiran akan kehormatan dan kemuliaan namun harus berani mengampuni orang yang bersalah kepada kita dan membunuh kejahatan yang ada dalam diri kita. Bima menerima terang atau wahyu sejati manunggaling kawula Gusti. Manusia bersatu dengan Tuhan dan dia merasakan damai. Kesatuan manusia dengan Tuhandan memampukan dia untuk mampu melihat hidup sejati. Setelah menerima petuah dari Dewa Ruci, Bima mempunyai tugas untuk mewartakan ilmu yang Ia terima. Bima kemudian menjadi pendeta di Argakelasa.

Sangat luar biasa ya, kisahnya. Ki Ismanto memainkan Kisah wayang ini dengan lincah dan sangat menarik sehingga peserta didik menikmati pertunjukan wayang ini dengan baik. Semoga semakin banyak peserta didik yang mau melestarikan wayang dan setidaknya ikut mencintai budaya wayang, amin. Berkah Dalem.

Tulisan Lainnya

Oleh : SD Marsudirini

Misi

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Alamat

SD MARSUDIRINI ST YOSEPH MUNTILAN

Jalan Kartini no 14-16 Muntilan, Magelang 56411

Tlp : (0293) 585229

Email : sdstyosephmtl@gmail.com

Pengumuman

Diterbitkan :
Misa Perayaan Pelindung SD Marsudirini St. Yoseph
Mari ikut memeriahkan perayaan misa pelindung SD Marsudirini St. YosephSabtu, 19 Maret 2022
Diterbitkan :
Lomba Literasi Bulan Bahasa dan Sastra
Diterbitkan :
Seleksi Kompetensi Sains Nasional Jenjang Sekolah Dasar