Info sekolah
Senin, 06 Mei 2024
  • SD Marsudirini St. Yoseph "Semangat dan Sukses!"

Wayang, Seni Tradisional yang Adiluhung

Rabu, 10 November 2021 Oleh : SD Marsudirini

Anak-anak SD Marsudirini St. Yoseph terkasih, siapa di antara kalian yang suka pertunjukan wayang? Waaah… wayang itu keren lho! Pada bulan November tepatnya tanggal 7 November2013, UNESCO menobatkan Wayang sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity atau warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur asli Indonesia.  Pada awalnya, wayang hanya terbuat dari rerumputan yang diikat dan bentuknya sangat sederhanaselanjutnya berkembang dibuat menggunakan kulit binatang buruan atau kulit kayu. Wayang lahir dari nenek moyang suku Jawa di masa silam tujuannya untuk pemujaan roh nenek moyang dan untuk upacara adat  suku Jawa. Wayang berkembang pesat dan keunikannya diakui oleh dunia. Seni wayang disukai oleh semua lapisan masyarakat dan kini sering disajikan dalam acara sakral di seluruh dunia. 

Menurut sejarah, asal usul wayang telah ada sejak 1500 tahun sebelum Masehi. Budaya wayang lahir kira-kira padaPemerintahan Prabu Airlangga di Kahuripan Jawa Timur, dengan adanya prasasti yang menyebutkan kata “mawa yang” dan “aringgit”, yang artinya pertunjukan wayang. Kata Wayang berasal dari kata “wewa yangan” yang artinya bayangan. Saat itu antara Dalang dengan penonton dibatasi secarik kain yang disebut kelir untuk menjatuhkan bayangan wayang sedangkan penonton menikmati bayangannya. 

Pada Pemerintahan Raja Dyah Balitung(989-910), bahan cerita wayang ditulis para pujangga Indonesia sejak abad X diantaranya Kitab Kakawin Ramayana dalam Bahasa Jawa Kuno gubahan dari Kitab Ramayana karya Walmiki seorang Pujangga India. Ada juga Karya Empu Kanwa yaitu Arjuna Wiwaha Kakawin yang berinduk dari Kitab Mahabarata yang digubah dan diceritakan dengan memasukkan falsafah Jawa. Empu Sedah dan Empu Panuluh  menggubah Baratayuda Kakawin dengan versi Indonesia dari Kitab Mahabarata pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya di Kediri(1130-1160).Untuk menjawakan budaya wayang, sejak awal zaman Kerajaan Majapahit cerita wayang tidak lagi berinduk pada Kitab Ramayana maupun Kitab Mahabarata. Cerita Panji tentang raja-raja Majapahit mulai diperkenalkan dan kemudian dipergunakan untuk pertunjukan Wayang Beber.

Ada juga dua pendapat tentang asal usul wayang, yang pertama menurut penelitian Sarjana dari barat yaitu Hazeau, Brandes, Kats, Rentse dan Kruyt serta ahli dan peneliti dari Bangsa Indonesia menyatakan bahwa wayang berasal dari Pulau Jawa, tepatnya Jawa Timur. Hal ini dikarenakan seni wayang berkaitan erat dengan sosiokultural dan religi Bangsa Indonesia khususnya orang Jawa. Tokoh Punokawan dalam pewayangan pun tidak diketemukan di negara lain. Selain itu istilah teknis pewayangan menggunakan Bahasa Jawa Kuno. Pendapat kedua berasal dari Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Gislings dan Rassers. Mereka sebagian besar sarjana dari Inggris yang menduga wayang berasal dari India yang dibawa bersama dengan Agama Hindu ke Indonesia. Kisah-kisah yang dimainkan dalam pertunjukan wayang, adalah lakon Mahabarata dan Ramayana hingga kini menjadi cerita utama dalam pertunjukan wayang. Sejak tahun 1950-an, seolah semua sumber sepakat bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa. 

Kedatangan Agama Islam di tanah Jawa menggunakan wayang sebagai sarana penyebarannya. Sunan Kalijaga menggelar pertunjukan wayang dan memainkannya untuk mengundang banyak orang. Dalam pertunjukannya, beliau menyisipkan pesan moril dan dakwah Islam secara perlahan agar masyarakat pemeluk Hindu dan Budha dapat tertarik mengenal Islam lebih dalam. Untuk menambah semaraknya pertunjukan dan menarik penonton, Sunan Kalijaga menambahkan iringan perlengkapan alat musik tradisional gamelan dan sinden. Menjawakan wayang juga dilakukan Wali Songo dengan menciptakan kisah tentang Raja Majapahit Damarwulan. Sejak zaman Kartasura Konsep religi dan falsafah mulai berubah semakin jauh dari aslinya dan saat itu mulai digunakan lampu minyak atau blencong dalam pagelaran wayang kulit. 

Masyarakat penggemar wayang mulai mengenal silsilah tokoh wayang yang terus berlanjut. Mulailah dikenal cerita wayang pakem, yaitu wayang yang sesuai standar dan wayang yang ceritanya diluar standar disebut wayang carangan. Ada juga wayang lakon sempalan, yaitu wayang yang ceritanya sudah keluar dari pakem cerita. Untuk memperkaya khasanah dunia perwayangan, kini dikenalkan beberapa jenis wayang seperti wayang golek, Wayang Kulit, Wayang Kayu, Wayang Orang, Wayang Rumput, dan Wayang Motekar. Kawula muda kini banyak diapresiasi oleh orang tua untuk memajukan seni Wayang dengan belajar dalang dan waranggono atau sinden.

SD Marsudirini St. Yoseph Muntilan sangat mendukung peserta didik mengembangkan talenta mereka diantaranya ada ekstrakurikuler niyogo. Dengan bekerjasama bersama komite, kini tak menutup kemungkinan bagi anak yang mempunyai talenta mendalang, akan dibimbing dan bahkan dapat tampil di televisi. Ayooo mari bergabung bersama kami SD Marsudirini St. Yoseph Muntilan!

Sumber : berbagai informasi dari internet yang telah diolah secara pribadi

Tidak ada komentar

Tinggalkan Komentar

 

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Alamat

SD MARSUDIRINI ST YOSEPH MUNTILAN

Jalan Kartini no 14-16 Muntilan, Magelang 56411

Tlp : (0293) 585229

Email : sdstyosephmtl@gmail.com

Pengumuman

Diterbitkan :
Misa Perayaan Pelindung SD Marsudirini St. Yoseph
Mari ikut memeriahkan perayaan misa pelindung SD Marsudirini St. YosephSabtu, 19 Maret 2022
Diterbitkan :
Lomba Literasi Bulan Bahasa dan Sastra
Diterbitkan :
Seleksi Kompetensi Sains Nasional Jenjang Sekolah Dasar